- Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Pemimpin menempatkan dirinya sebagai pengontrol, pengatur dan pengawas dari organisasi tersebut dengan tidak menghalangi hak-hak bawahannya untuk berpendapat. Dia juga berfungsi sebagai penghubung antar departemen dalam suatu organisasi. Organisasi yang dibuat dengan teori demokratis ini pun memiliki suatu kelebihan, dimana setiap tugas dan wewenang dari pengurus organisasi tersebut diatur sedemikian rupa, sehingga jelas bagian-bagian tugas dari masing-masing pengurus, yang mana nantinya tidak akan terjadi campur tangan antar bagian dalam organisasi tersebut. Pembagian tugas ini juga sangat efisien dan efektif bila diterapkan dalam suatu organisasi dimana tujuan utama dari organisasi adalah tercapainya tujuan dan kepentingan bersama.
Gaya kepemimpinan demokratis berciri:
- Wewenang pimpinan tidak mutlak
- Pimpinan melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
- Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
- Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
- Komunikasi berlangsung timbal balik
- Pengawasan dilakukan secara wajar
- Prakarsa datang dari pimpinan maupun bawahan
Banyak kesempatan bagi bawahan untuk mengeluarkan pendapat
Bawahan bebas untuk berpendapat sesuai dengan asas demokrasi
- Tugas diberikan bersifat permintaan
- Pujian dan kritik seimbang
- Pimpinan mendorong prestasi bawahan
- Kesetiaan bawahan secara wajar
- Memperhatikan perasaan bawahan
Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai
Suasana yang selalu harmonis dalam lingkungan organisasi
- Tanggung jawab dipikul bersama
Berikut bagan yang menjelaskan perbedaan gaya kepemimpinan otoriter dan gaya kepemimpinan demokratis :
Bidang Urusan Gaya Otoriter Gaya Demokratis
Pembuat perencanaan Pemimpin Pemimpin & kelompok
Pemecah masalah Pemimpin Pemimpin & kelompok
Pembuat keputusan Pemimpin Pemimpin & kelompok
Arah komunikasi Ke bawah Bawah,atas,menyilang
Tanggung jawab Pemimpin Pemimpin & kelompok
Tanggung jwb akhir Pemimpin Pemimpin
Kepercayaan Tidak ada Tinggi
Hubungan Rendah Tinggi
Wewenang Tidak ada Banyak
Manajemen krisis Baik Buruk
Perubahan Buruk Baik
Dengan berbagai kelebihan tersebut bila dibandingkan dengan teori otoriter, maka menurut saya, teori gaya kepemimpinan demokratis ini sangat sesuai diterapkan dalam suatu organisasi baik itu dalam ruang lingkup kecil maupun ruang lingkup yang besar.
2. Gaya Kepemimpinan Paternalistik
Dilihat dari asal katanya, paternalis artinya memiliki kesan kebapakan, sesdangkam paternalisme adalah sistem kepemimpinan yang menunjukkan hubungan kerja antara atasan dan bawahan dilaksanakan seperti hubungan antara bapak dan anak. Maka, kepemipinan paternalistik adalah pemimpin yang perannya diwar¬nai oleh sikap kebapak-bapakan dalam arti bersifat melindungi, men¬gayomi dan menolong anggta organisasi yang dipimpinnya.
Tipe kepemimpinan ini banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris. Po¬pularitas pemimpin yang paternalistik di lingkungan yang demikian ini di sebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
a. Kuatnya ikatan primordial
b. “extended family system”
c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik.
d. Peranan adat istiadat yang sangat kuatdalam kehdupan bermasyara¬kat.
e. Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seo¬rang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainya.
Kepemimpinan paternalistik adalah pemimpin yang peranannya diwarnai oleh sikap kebapak-bapakan dala arti bersifat melindungi, mengayomi dan menolong anggota oganisasi yang dipimpinnya. Pemimpin merupakan tempat bertanya dan menjadi tumpuan harapam bagi pengikutnya dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.
Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik yang peranannya da¬lam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh pengikutnya. Para bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang paternalis¬tik mempunyai sifat yang tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan para bawa¬hannya. Sehingga tidak jarang terjadi sebagai akibat dari adanya pandanagan bahwa para bawahan itu belum dewasa.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari tipe kepemimpinan paternalistik ini diantaranya adalah:
a. Kelebihan
1. Pemimpin dihormati oleh bawahannya.
2. Mengutamakan kebersamaan.
3. Pemimpin berperan sebagai pelindung.
b. Kekurangan
1. Menganggap bawahan belum dewasa.
2. Bawahan tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide dan saran.
3. Bawahan selalu tergantung kepada pemimpin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
3. Pengertian Kepemimpinan Karismatik
Kepemimpinan kharismatik (charismatic leadership): Kharisma diartikan “keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya” atau atribut kepemimpinan yang didasarkan atas kualitas kepribadian individu.
Pemimpin kharismatik menampilkan ciri-ciri sebagai berikut: (a) memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas. (b) mengkomunikasikan visi itu secara efektif. (c) mendemontrasikan konsistensi dan fokus (d) mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya. Gaya kepemimpinan karismatis dapat terlihat mirip dengan kepemimpinan transformasional, di mana pemimpin menyuntikkan antusiasme tinggi pada tim, dan sangat enerjik dalam mendorong untuk maju. Namun demikian, pemimpin karismatis cenderung lebih percaya pada dirinya sendiri daripada timnya. Ini bisa menciptakan resiko sebuah proyek atau bahkan organisasi akan kolaps bila pemimpinnya pergi. Selain itu kepemimpinan karismatis membawa tanggung-jawab yang besar, dan membutuhkan komitmen jangka panjang dari pemimpin. Seorang pemimpin yang kharismatik memiliki karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi. Pengikutnya tidak mempersoalkan nilai, sikap, dan perilaku serta gaya yang digunakan pemimpin.
Pemimpin kharismatik mempunyai kebutuhan yang tinggi akan kekuasaan, percaya diri, serta pendirian dalam keyakinan dan cita-cita mereka sendiri. Suatu kebutuhan akan kekuasaan memotivasi pmimpin tersebut untuk mencoba mempengaruhi para pengikut. Rasapercaya diri dan pendirian yang kuat meningktkan rasa percaya para pengikut terhadap pertimbangan dan pendapat pemimpin tersebut. Seorang pemimpin tanpa pola cirri yang demikian lebih kecil kemungkinannya akan mencoba mempengaruhi orang. Dan jika berusaha mempengaruhi maka lebih kecil kemungkinan untuk berhasil.
4. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
Tipe kepemimpinan ini pada dasarnya berpandangan bahwa anggota organisasinya mampu mandiri dalam membuat keputusan atau mampu mengurus dirinya masing-masing, dengan sesedikit mungkin pengarahan atau pemberian petunjuk dalam merealisasikan tugas pokok masing-masing sebagai bagian dari tugas pokok orgasisasi.
Seorang pemimpin yang laissez faire baranggapan bahwa para anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untuk taat pada peraturan permainan yang berlaku, sehingga pemimpin cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi serjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan ditegakkan.
Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin laissez faire dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya biasanya bertolak dari filsafat hidup bahwa manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, mempunyai kesetiaan kepada sesama dan kepada organisasi, taat kepada norma-norna yang telah disepakati bersama, mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap tugas yang harus diembannya.
Ada beberapa karakteristik dari kepemimpinan Laissez Faire diantaranya adalah:
1. Pendelegasian wawanag terjadi secara ekstensif.
2. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatan secara langsung.
3. Stetus quo organisasional tidak terganggu.
4. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yabg bersabgkutab sendiri.
5. Sepanjang dan selama anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pemimpin dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum.
Gaya kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan otoriter, meskipum tidak sama atau bukan kepemimpinan demokratis pada titik ekstrimya yang paling rendah. Kepemimpinn dijalankan tanpa memimpin atau tanpa berbuat sesuatu dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku anggota organisasinya.
Contoh gaya kepemimpinan :
Ayah : sebaiknya seorang ayah lebih baik menggunakan gaya kepemimpinan yang karismatik, dalam hal ini seluruh konteks mendidik dan mengembangkan potensi anak dapat dilakukan. Ketika ayah melihat anak memiliki lingkungan yang tidak bagus, langsung memberi masukan – masukan berupa saran kepada anaknya dan memberi arahan untuk memiliki lingkungan yang jauh lebih baik, pasti kita semua mengalami hal itu, oleh karena itu jika menjadi seorang ayah sebaiknya selalu mengontrol dan memberi arahan dan contoh kepada anak – anaknya sehingga kelak anak – anaknya dapat menjadi calon pemimpin – pemimpin yang berkualitas.